
Harga Bitcoin 9 Mei 2024 mencatat tonggak sejarah penting dengan menembus level psikologis USD 100.000. Kenaikan ini mengejutkan banyak investor dan analis pasar yang sebelumnya memproyeksikan angka tersebut baru akan tercapai pada akhir tahun. Apa saja faktor yang menjadi pendorong utama di balik lonjakan drastis ini?
Institusi Kembali Masuk Pasar
Salah satu pendorong terbesar adalah kembalinya minat dari institusi besar seperti BlackRock dan Fidelity yang meningkatkan eksposurnya terhadap Bitcoin. Setelah persetujuan ETF Bitcoin spot oleh SEC pada awal tahun 2024, aliran dana institusi meningkat tajam. Volume perdagangan meningkat signifikan, dan ini menjadi sinyal kuat bahwa pasar sedang bullish dalam jangka panjang.
Halving Bitcoin dan Efek Psikologisnya
Halving Bitcoin yang terjadi pada April 2024 turut memberi dorongan besar terhadap harga. Seperti siklus sebelumnya, pengurangan reward penambangan membuat pasokan Bitcoin baru menjadi lebih sedikit, sementara permintaan tetap tinggi. Efek psikologis dari peristiwa halving juga sering menjadi katalis bagi para investor ritel untuk masuk ke pasar karena ekspektasi harga akan terus naik.
Kondisi Ekonomi Global yang Tidak Stabil
Ketidakpastian ekonomi global, termasuk ketegangan geopolitik dan inflasi tinggi di berbagai negara besar, turut membuat aset digital seperti Bitcoin dipandang sebagai pelindung nilai (hedge) terhadap risiko. Banyak investor mengalihkan aset mereka dari saham dan obligasi ke cryptocurrency, terutama Bitcoin yang dianggap sebagai “emas digital”.
Optimisme Pasar dan Sentimen Sosial Media
Kenaikan harga Bitcoin juga didorong oleh sentimen positif di media sosial. Figur publik dan analis ternama terus memberikan dukungan terhadap Bitcoin, bahkan memprediksi bahwa angka USD 150.000 bukan hal yang mustahil dalam waktu dekat. FOMO (Fear of Missing Out) dari investor ritel juga memperkuat permintaan pasar.
Kesimpulan
Lonjakan harga Bitcoin 9 Mei 2024 hingga menembus USD 100.000 bukanlah peristiwa acak. Kombinasi antara sentimen pasar yang positif, masuknya dana institusi, peristiwa halving, serta kondisi ekonomi global yang tak menentu menjadi pemicu utama. Meski demikian, investor tetap harus berhati-hati dan melakukan analisis menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi.