Manufaktur Indonesia Makin Hancur, Prabowo Sulit Kejar Capaian Soeharto

Industri Manufaktur Indonesia Makin Hancur, Tak Ada Kemajuan Signifikan

Industri Manufaktur Indonesia Makin Hancur. Data Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur Indonesia masuk dalam zona kontraksi dengan angka PMI 48,9. Angka ini lebih rendah dari 50 yang menjadi batas aman, bahkan di bawah angka yang tercatat di Amerika Serikat dan kawasan Eropa yang berada di level 45,8. Sementara negara-negara seperti Inggris, Tiongkok, dan Korea Selatan menunjukkan angka yang lebih baik, Indonesia semakin tertinggal dalam persaingan global.

Sri Mulyani, Menteri Keuangan Indonesia, mengingatkan bahwa lesunya sektor manufaktur akan berdampak besar pada ekonomi domestik. Aktivitas ekonomi yang lemah akan menggerus pendapatan negara, khususnya pajak yang berhubungan dengan harga komoditas. Sejumlah wajib pajak yang sebelumnya aktif membayar pajak kini menghadapi kesulitan yang semakin besar. Bahkan, pemerintah sudah mengakui bahwa penerimaan pajak pada akhir tahun 2024 diprediksi hanya mencapai 96,6% dari target APBN.

Deindustrialisasi: Indonesia Kembali Mengalami Kemunduran dengan kondisi Manufaktur Indonesia Makin Hancur

Masalah besar dalam sektor manufaktur ini sebenarnya sudah berlangsung sejak lama, dengan kemunduran yang sangat terasa pada dekade terakhir. Menurut Eisha Maghfiruha Rachbini, Direktur Program Indef, sektor manufaktur Indonesia mengalami penurunan yang signifikan setelah era Orde Baru. Pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto, Indonesia pernah mencapai puncak industrialisasi, dengan kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB mencapai 25% pada 1996.

Namun, setelah dua dekade lebih, Indonesia justru mengalami deindustrialisasi dini. Pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo, kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB Indonesia menurun drastis, hanya mencapai sekitar 18% pada 2023. Hal ini menunjukkan kegagalan besar dalam mengembangkan industri manufaktur yang seharusnya menjadi tulang punggung perekonomian.

Ketergantungan pada Komoditas: Tantangan Berat yang Harus Diatasi

Masalah mendasar yang dihadapi industri manufaktur Indonesia adalah ketergantungan pada komoditas mentah, bukan teknologi tinggi. Ini menghambat daya saing Indonesia di pasar global. Produktivitas tenaga kerja yang rendah, ditambah dengan rendahnya inovasi dan teknologi, membuat Indonesia semakin tertinggal dari negara-negara Asia Timur seperti China dan Jepang. Bahkan, daya saing tenaga kerja Indonesia masih jauh di bawah negara-negara seperti Thailand.

Selain itu, masalah kawasan industri yang kurang efisien dan infrastruktur yang buruk semakin memperburuk keadaan. Penggunaan komponen impor untuk produk industri pengolahan menunjukkan ketergantungan Indonesia pada luar negeri, yang semakin memperburuk defisit neraca perdagangan.

Prabowo Harus Hadapi Kenyataan Berat: Tidak Mudah Mengejar Capaian Soeharto

Di bawah pemerintahan Prabowo Subianto, tantangan ini semakin berat. Meskipun Indonesia memiliki potensi besar dengan sumber daya alam dan pasar domestik yang besar, tanpa perbaikan struktural, Indonesia sulit untuk kembali ke jalur industrialisasi yang pernah dicapai pada era Soeharto.

Eisha menegaskan bahwa Indonesia memiliki kemampuan untuk tumbuh lebih tinggi, menghasilkan produk dengan nilai tambah yang tinggi, dan meningkatkan teknologi tinggi yang dapat mendongkrak daya saing ekspor. Namun, untuk mencapai itu semua, Indonesia harus mampu memperbaiki produktivitas, inovasi, dan infrastruktur yang sudah berlarut-larut tidak teratasi.

Prabowo perlu fokus pada pengembangan industri manufaktur yang bernilai tambah tinggi. Hanya dengan itu Indonesia bisa mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi kemiskinan. Jika tidak, Indonesia akan terus terjebak dalam ketergantungan pada komoditas mentah dan ketidakmampuan untuk bersaing di pasar global.

Kesimpulan: Harapan yang Semakin Tipis

Industri manufaktur Indonesia yang semakin lesu menjadi salah satu masalah terbesar yang dihadapi negara ini. Tanpa adanya reformasi besar-besaran di sektor ini, Indonesia akan sulit mengejar capaian yang pernah diraih pada era Soeharto. Pemerintahan Prabowo harus segera bertindak untuk mengatasi masalah ini, atau Indonesia akan semakin terperosok dalam jurang kemunduran ekonomi yang sulit dipulihkan.

Kamu mungkin akan suka

Baca lebih dari pengarang